Minggu, 01 Agustus 2010

jurnalistikQ..

Menjadi Wanita yang Tangguh dan Mandiri

Oleh : Nur Endah A.

 Peringatan Hari Kartini setiap tanggal 21 April sepertinya memang menjadi salah kaprah. Pada beberapa kasus di sekolah-sekolah ataupun lembaga yang lain yang memperingatinya, Peringatan Hari Kartini hanya sebatas mengadakan lomba berbusana tradisional Jawa (kebaya), lomba memasak, ada yang lebih “canggih” sedikit misalnya dengan mengadakan lomba baca puisi untuk Kartini dan lomba paduan suara lagu-lagu wajib atau daerah.  

Apa iya memang itu tujuan perjuangan RA.Kartini, pelopor emansipasi dan kesetaraan jender itu? Sukaryo mengatakan, “Apa iya Kartini hanya layak untuk  dijadikan sebagai icon pengingat bagi kaum wanita sekaligus “menyadarkan” tentang "peran wanita yang sebenarnya yang diharapkan suami, keluarga besar, masyarakat, serta bangsa dan negara ini???. Mengapa“emansipasi (wanita)” di pandang hanyalah sekedar acara rutinitas seremonial semata ??”.

               Kita tahu bahwa, dahulu wanita dianggap mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari pada pria. Wanita hanya berhak mengurusi rumah tangga, seperti mengurus anak, dapur, dan kamar. Wanita tidak diperkenankan untuk bekerja ataupun memperoleh pendidikan. Bahkan menurut Erwin Arianto, dahulu pada jaman romawi menempatkan kedudukan kaum wanita dibandingkan dengan prianya, ternyata masih dibawah kedudukan wanita. “Wanita adalah harta-benda milik laki-laki, dapat diperlakukan sekehendak hati, dipandang persis seperti budak”. 
               Lain halnya kaum wanita, kaum pria pada masa itu boleh mengenyam pendidikan, bekerja, dan melakukan apa saja yang diinginkannya. Atas dasar itulah RA. Kartini ingin berjuang agar kaum wanita Indonesia mempunyai kebebasan untuk mengembangkan diri serta kaumnya seperti halnya kaum pria.

 

Menurut Andi Gunawan dalam artikelnya menyambut hari Kartini, sebenarnya emansipasi yang disuarakan oleh Kartini lebih menekankan pada tuntutan agar wanita saat itu memperoleh pendidikan yang memadai, menaikkan derajat perempuan yang kurang dihargai pada masyarakat Jawa, dan kebebasan dalam berpendapat dan mengeluarkan pikiran. Dalam hal ini, hendaknya emansipasi bukan diartikan sebagai mengejar karir setinggi langit, kesetaraan jender yang kebablasan, bahkan dengan mengorbankan kodratnya sebagai wanita.

Beruntung Kartini lahir dari keluarga bangsawan sehingga waktu itu ia diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Di rumah ia pun tetap belajar sendiri dengan menulis surat kepada teman-teman korespondensinya dari Belanda.

Berdasarkan pada artikel yang ditulis Haris, Kartini merupakan sosok wanita yang gemar membaca buku-buku, koran, dan majalah Eropa. Kartini pun mulai tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa, yang kemudian timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, yang pada saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga berbagai masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum haruslah diupayakan sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Setelah RA Kartini menikah pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat, Bupati Rembang mengharuskan Kartini mengikuti suami, dan di daerah inilah ia dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Karena dorongan dan bantuan suaminya lah Kartini dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dimana Ia mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit-menjahit serta kepandaian putri lainnya.

Berkat kegigihannya, beberapa tahun kemudian mucul Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, yang kemudian disusul di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut diberi nama "Sekolah Kartini". (http://managementaqupresident.blogspot.com).

               Demikianlah perjuangan Kartini. Beliau memang wanita yang tangguh dan mandiri. Bukan berarti kartini berjuang dengan senjata untuk membuat kesetraaan jender. Namun ia berani memperjuangkan hak kaumnya meskipun ia terkadang merasa takut. Ia memberikan yang terbaik kepada orang lain & keluarganya.

Berdasarkan artikel tentang Hari Kartini yang ditulis oleh Arnas, agar menjadi wanita yang tangguh dan mandiri seperti RA Kartini, dapat kita lakukan dengan berbagai cara diantaranya : Pertama, dengan menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Bukan berarti tidak perlu bantuan oranglain sama sekali, tapi jangan terlalu bergantung pada orang lain. Kedua,  berusahalah mencapai apa yang kita inginkan dan percaya diri bahwa kita bisa. Ketiga, temukan kemampuan serta kekuatan yang kita miliki. Dengan demikian, kita bisa menjadi perempuan yang selalu dihargai dan disukai di mana pun kita berada.

Yang perlu diingat, kita lah sebenarnya Kartini yang sesungguhnya! " Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita, lahir pagi membawa keindahan. kehidupan manusia serupa alam” (Kartini - Habis Gelap Terbitlah Terang, dalam http://aznas.blogspot.com)

 

Referensi :

 

Andi Gunawan.2008. Menyambut Hari Kartini 21 April. http://ayobangkitindonesiaku.wordpress.com/2008/04/20/menyambut-hari-kartini-21-april/. (27 April 2010).

 

Aznas. 2010. Hari Kartini. http://aznas.blogspot.com/2010/04/artikel-hari-kartini.html. (28 April 2010).

 

 

Erwin Arianto. 2009. Selamat Hari Kartini. http://www.mail-archive.com/mencintai-islam@yahoogroups.com/m. (27 April 2010).

 

Haris Zaky. 2009. Mengenang Kembali Sejarah Hari Kartini. http://managementaqupresident.blogspot.com/2009/04/mengenang-kembali-sejarah-hari-kartini.html.  (28 April 2010).

 

Sukaryo.2006.UntukApaKartiniDiperingati.http://csukaryo.multiply.com/journal/item/19. (28 April 2010).

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar