Jumat, 30 Juli 2010

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2010/2011

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia, ada empat macam keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berkomunikasi secara langsung, sedangkan membaca dan menulis merupakan komunikasi tidak langsung. Urutan proses seperti itu sekaligus menggambarkan tingkat kesukaran dari setiap keterampilan.
Kemampuan menyimak (listening competence) adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah dan dilanjutkan dengan kemampuan kemampuan berbicara (speaking competence ), kemampuan membaca (reading competence) dan yang terakhir adalah kemampuan menulis (writing competence).
Menulis sangatlah dibutuhkan bagi setiap orang, terutama bagi kaum pelajar. Kegiatan ini tidak hanya diperlukan pada saat mengenyam pendidikan saja melainkan lebih dari itu bahwa menulis sangat penting untuk kehidupan sesudahnya, yakni kehidupan di masyarakat.
Mengingat pentingnya pembelajaran menulis, maka tidak heran jika menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dipelajari siswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan, pada saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis.


Permasalahannya adalah bahwa pelajaran menulis saat ini kurang mendapatkan perhatian. Selama ini pembelajaran menulis di sekolah–sekolah hanya mengutamakan pada hasil tanpa memperhatikan prosesnya. Waluyo (dalam Syamsi, 2004 ) mengatakan bahwa hal itu disebabkan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering diberikan secara teoritis sehingga mengakibatkan performance bahasa siswa kurang. Selain itu, teori-teori kebahasaan dan sastra lebih banyak di ceramahkan guru. Bahkan model evaluasi pembelajarannya pun bersifat teoritis. Kondisi inilah yang menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang, bahkan pandangan mengenai menulis sebagai beban akan semakin kuat.
Rendahnya kemampuan menulis siswa ditengarai oleh beberapa faktor baik faktor dari guru, siswa, maupun lingkungan belajar siswa. Faktor yang bersal dari guru antara lain pendekatan pembelajaran yang monoton, kurang bervariasai, dan belum mengaktifkan peserta didik untuk berlatih menulis.
Faktor yang berasal dari diri siswa antara lain siswa belum memiliki motivasi yang kuat untuk menulis, kurangnya kemampuan membaca pemahaman, minimnya kosa kata yang diketahui, serta kurangnya pengetahuan tentang materi apa yang akan dituangkan dalam tulisan.
Sementara itu, faktor lingkungan yang menyebabkan kurangnya keterampilan menulis siswa antara lain kondisi lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung atau kurang kondusif. Hal ini menyebabkan motivasi belajar siswa unntuk menulis juga rendah.
Secara lebih cermat, sebagian faktor penyebab rendahnya keterampilan menulis siswa khususnya menulis narasi berhubungan erat dengan rendahnya pendekatan pembelajaran yang masih konvensional dan kurangnya motivasi belajar siswa. Pendekatan konvensional yang di gunakan guru serta rendahnya motivasi belajar siswa menyebabkan siswa kurang aktif di kelas, termasuk dalam hal menulis. Namun kondisi ini tentu bisa dibenahi jika guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran serta dalam diri siswa sudah terdapat motivasi belajar yang tinggi membuat tulisan khususnya narasi.
Berdasarkan uraian diatas, perlu kiranya diadakan penelutian yang berkaitan dengan keterampilan menulis narasi siswa dalam kaitannya dengan pendekatan kontekstual dan motivasi belajar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Menulis narasi merupakan keterampilan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian.
2. Pembelajaran menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai salah satunya yaitu dengan menerapkan pembelajaran kontekstual;
3. Motivasi belajar yang tinggi juga berpengaruh terhadap keberhasilan menulis siswa.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas jangkauannya maka peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjeknya adalah siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat, Karanganyar, tahun pelajaran 2010/2011.
2. Objek Penelitian
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa;
Masalah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya materi menulis narasi;
Kemampuan siswa memahami dalam menulis narasi;


D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1 Adakah pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa?
2 Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa?
3 Adakah pengaruh pendekatan kontekstual dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain :
1 Untuk menguji ada tidaknya pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa.
2 Untuk menguji ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa.
3 Untuk menguji ada tidaknya pengaruh pendekatan kontekstual dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi pada siswa.

F. Manfaaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan kualitas menulis , khususnya dalam menulis narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan denga hal pembelajaran menulis narasi.


2. Manfaat Praktis
Bagi guru
1) Untuk memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran menulis
2) Memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran menulis narasi.
3) Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan,
Bagi siswa
1) Meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pada umumnya dan menulis narasi pada khususnya
2) Menanamkan pemahaman pada siswa bahwa menulis bukanlah suatu pekerjaan yang membosankan tetapi justru menyenangkan.
Bagi sekolah
1) Sebagai alternative model pembelajaran menulis narasi.
2) Memberikan pengalaman bagi sekolah berkaitan dengan kegiatan penelitia
Bagi peneliti
1) Melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah;
2) Sebagai penelitian sejenis di masa yang akan datang yang dapat di gunakan pula oleh peneliti lain sebagai salah satu acuannya.







BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1.Hakikat Paragraf Narasi

a. Menulis Sebagai Suatu Proses
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Dan, melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya. Misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, motivasi yang kuat, dan lain-lain. Paling tidak menurut Harris (1977:68) seorang penulis harus menguasai lima komponen tulisan, yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan (kaidah bahas tulis), gaya penulisan, dan mekanisme tulisan. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Mengacu kepada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan, tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dengan pembaca). Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang diamaksudkan oleh pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis.
Haffemian dan Licoln (dalam Yeti Mulyati : 2009) berpendapat bahwa ”menulis merupakan suatu proses. Waktu menulis seseorang memerluka lebih banyak waktu ntuk berpikir, menuangkan ide-idenya di kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih kata-kata, membaca apa yang ditulis, memikirkan, mempertimbangkan, dan memperbaikinya”.
Keterampilan menulis tidak diadakan seseorang dengan mudah. Richek, dkk (dalam Yeti Mulyati : 2009) mengemukakan bahwa penulis yang baik tidak menghasilkan tulisan hanya sekali jadi, melainkan melalui tahapan-tahapan yang panjang.
Hal senada juga diungkapkan Hock (dalam Yeti Mulyati : 2009) ”menulis atau mengarang adalah suatu kemahiran yang berbeda dengan kemahiran berbahasa yang lain. Kemahiran/keterampilan menulis seseorang diperoleh dari latihan-latihan secara intensif.
Menulis sebagai suatu proses berarti dalam melakukan kegiatan menulis ada beberapa tahap, yaitu tahap pra penulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap kegiatan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda.
ü Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan ialah menentukan topik. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti pengalaman. Disamping itu, kita juga dapat menemukan topik tulisan dari pengamatan terhadap lingkungan.kita juga bisa menulis tentang pendapat, sikap, maupun tanggapan sendiri atau orang lain. Jadi sebenarnya topik dapat kita temukan dimana-mana.
ü Tahap Penulisan
Pada tahap ini kita membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka karangan yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Ini berarti bahwa kita harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata yang dirangkaikan harus menjadi kalimat yang efektif pula.

ü Tahap Revisi
Pada tahap ini biasanya kita meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan, daftar pustaka dan sebagainya. Namun perlu diingat bahwa kita hendaknya dalam tahap revisi ini kita harus membaca berulang-ulang untuk meminimalisir kesalahan.

b. Menulis Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalai sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsur utama yaitu tokoh-tokoh, kejadian, dan latar ruang atau waktu.
Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi. Narasi fiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif. Narasi fiktif disebut juga narasi sugestif. Contohnya: novel dan cerpen. Narasi nonfiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa factual, suatu yang adadan benar-benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositori. Contohnya biografi dan laporan perjalanan.
Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:(1) Narasi Fiksi (Sugestif)
- Menyampaikan makna yang tersira kepada pembaca
- Menimbulkan daya imajinasi
- Penalaran hanya sebagai alat untuk menyampaikan makna
- Bahasanya figuratif dan menggunakan kata-kata konotatif.
(2) Narasi Non Fiktif (Ekspositoris)
- Berfungsi memperluas pengetahuan pembaca
- Menyampaikan informasi mengenai sebuah peristiea
- Berdasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
- Bahasannya informatif dan menggunakan kaa-kata denotatif.
2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi dan Senduk dalam Andayani : 2009).
Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.

3. Motivasi Belajar
Motivasi bisa dikatakan sebagai dorongan atau semangat untuk melakukan suatu kegiatan dengan tujuan tertentu.
Menurut Dadi Permadi (2000: 72) ‘motivasi’ adalah “dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif”. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara ‘motif’ dan ‘motivasi’. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi di atas, ‘motivasi’ dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi) . (http://www.smpn3jember.com).
Motivasi sangatlah diperlukan dalam belajar. Setiap siswa pastinya memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang motivasi belajarnya tinggi, ada pula yang rendah. Namun hal ini dapat diatasi dengan melibatkan pihak-pihak sebagai berikut :
1. Siswa
Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
2. Guru
Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar.
Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.

3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan
Selain upaya dari guru dan siswa, orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Karena bagaimanapun juga keluarga adalah pendukung motivasi utana bagi siswa.
Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi maka keberhasilan siswa dalam belajar dan menerima pelajaran semakin baik pula. Termasuk dalam hal kemampuan menulis juga akan semakin bagus dibandingkan jika memiliki motivasi yang rendah.

B. Kerangka Berpikir
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran menulis hendaknya guru tidak hanya berorientasi pada hasil saja namun juga tetap memperhatikan proses dalam menghasilkan tulisan tersebut.
Fakta yang terjadi saat pembelajaran menulis khususnya narasi pada kelas X-4 SMA N Kebakkramat adalah guru hanya menjelaskan materi dengan ceramah. Pada akhir pembelajaran guru menugaskan siswanya untuk membuat karangan narasi di buku tugas dan dikumpulkan. Dari hasil survei ke beberapa siswa, mereka mengaku kesulitan mengungkapkan apa yang harus ditulis. Ditambah lagi keterbatasan waktu yang diberikan guru semakin mempersulit mereka untk menyelesaikannya.
Dan ternyata guru sudah sering melakukan hal semacam itu. Apabila tulisan siswa sudah selesai, guru langsung menilai dan mengembalikan lagi ke siswa meski ada beberapa siswa yang disuruh membacakan tulisannya.
Hal ini menunjukkan bahwa guru hanya terpaku pada hasil tulisan siswa. Siswa menjadi tidak tahu apakah kaangannya sudah termasuk karangan yang benar atau tidak. Jika hal ini dibiarkan, dampaknya siswa tidak tahu cara menulis yang benar. Siswa menulis secra asal saja tanpa didukung motivasi yang tinggi. Padahal dalam menulis juga memerlukan motivasi belajar yang tinggi. Dengan pendekatan kontekstual secara tidak langsung akan menyeimbangkan komponen-komponen tersebut sehingga kualitas tulisan bisa dipertanggung jawabkan.
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat paradigma berpikir sebagai berikut :
Pendekatan Kontekstual
Motivasi Belajar
Kemampuan Menulis Narasi

Keterangan:
1. Pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan menulis narasi ;
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan menulis narasi ;
3. Pengaruh pendekatan kontekstual dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis narasi ;

C. Hipotesis Penelitian
1. Kemampuan menulis narasi pada siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik dari pada siswa yang yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional.
2. Kemampuan menulis narasi pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
3. Terdapat interaksi antara pendekatan kontekstual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan menulis narasi pada siswa.




BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Kebakkramat, jalan Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini berlangsung selama enam bulan dari bulan Januari sampai Juni 2010. jadwal selengkapnya dapat dilihat pada tabel.


Tebel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Tahun 2010/2011
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengajuan prorosal
X
X
X
X





















2.
Permohonan izin




X
X



















3.
Penyusunan instrumen






X
X

















4.
Uji coba instrumen








X
X















5.
Uji Validitas










X
X













6.
Pengumpulan data












X
X











7.
Analisis data














X
X
X
X
X






8.
Penyelesaian laporan



















X
X
X
X
X

Tebel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuantitatif.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian factorial (2 X 2). Dengan variabel bebas media audio visual dan motivasi belajar.



Pendekatan Pembelajaran (A)


Pendekatan konvensional (1)
Pendekatan Kontekstual
(2)
Motivasi belajar
Tinggi
(1)
A1 B1
A2 B1
Rendah
(2)
A1 B2
A2 B2
Tabel 2. Rincian Desain Faktorial

C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang terbagi menjadi 7 kelas, dengan jumlah siswa tiap kelas 40 anak, jadi semuanya ada 40 x 7 = 280 anak.
2. Sample
Pada penelitian ini, populasi terbagi dalam 7 kelas. Kemudian dari ke 7 kelas tersebut diambil 4 kelas secara acak dengan jumlah siswa sebanyak 160 siswa.
3. Teknik Sampling
Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Ialah dengan cara pengambilan sampel secara acak dengan kelompok sebagai sasarannya.

D. Teknik Pengumpulan Data
a. Identifikasi Variabel
1) variable bebas terdiri dari: pendekatan kontekstual (X1) dan motivasi belajar (X2).
2) Variable terikatnya adalah kemampuan menulis narasi (Y).
b. Penyusunan instrument
1) Media audio visual.
Untuk memperoleh data pengaruh pendekatan kontekstual diperoleh dengan menggunakan pretest-posttest nonequivalent control group design yang dilakukan dua kali tes, yakni memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, serta posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual
2) Motivasi belajar.
Motivasi belajar siswa diperoleh dengan angket berupa tes objektif dan diisi oleh responden, yaitu siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
3) Kemampuan menulis narasi
Data tentang kemampuan menulis narasi diperoleh dari tes yaitu tes membuat tulisan berupa karangan atau paragraf narasi baik setelah dilakukan pre test maupun post test.






E. Uji Validitas Data
Instrument penelitian yang digunakan adalah angket tertutup. Uji untuk instrument sebagai berikut:

1. Uji Validitas Data
Suatu angket atau instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Alat ukur valid adalah alat ukur yang dapat mengukur secara tepat dan seksama apa yang ingin diukur, sehingga diperoleh informasi yang benar.

2. Uji Reliabilitas
Instrument penelitian harus reliable. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Penelitian ini menggunakan metode tes ulang, yaitu dengan cara memberikan tes yang sama kepada sample yang sama dengan selang waktu yang berbeda. Dengan cara ini maka akan diperoleh hasil pengukuran dua kelompok nilai, yang selanjutnya dicari korelasinya.
Apabila korelasinya meyakinkan maka tes tersebut berarti memiliki tingkat reliabel yang memadai.
Adapun rumus statistik yang digunakan adalah sbb:
Rumus “Product Moment”

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik anava dua jalur dengan variable bebas berupa pendekatan kontekstual dan motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat, Karanganyar.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pendekatan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Salatiga : Widya Sari Press.

Atit Suryati. 2009. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa. http://www.sman1-btg.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=1 ( 14 Juni 2010).

Imam Syafi’i. 2007. Motivasi Belajar. http://kangsaviking.wordpress.com/motivasi-belajar/. (14 Juni 2010).

Nila Safitri. 2009. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SON 005 Kampung Satu Tarakan Melalui Pendekatan Kontekstualhttp://massofa.wordpress.com/2009/05/07/bab-1-peningkatan-kemampuan-menulis-karangan-siswa-kelas-iv-son-005-kampung-satu-tarakan-melalui-pendekatan-kontekstual/. (14 Juni 2010)

Sabarti Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

SMPN 3 Jember. 2008. Motivasi Belajar. http://www.smpn3jember.com. (14 Juni 2010).
Yeti Mulyati, dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar