Minggu, 01 Agustus 2010

ANALISIS STRUKTURALISME PUISI

 

ANALISIS STRUKTURALISME PUISI

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra Dosen Pengampu : Dr. Nugraheni Eko W, S.S., M.Hum.

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh:

Nama         :   Nur Endah A.

NIM          :   K1208034

Kelas         :   B

Semester    :   3

 

 

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

 

 

Puisi1

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

Rustam Effendi

 

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan beta budak Negeri,

Musti menurut undangan mair.

Sarat saraf saya mungkiri,

Untaian rangkaian seloka lama,

Beta buang beta singkiri,

Sebab laguku menurut sukma.

Susah sungguh saya sampaikan,

Degap – degupan di dalam kalbu,

Lemah laun lagu dengungan,

Matnya digamat rasaian waktu.

Sering saya susah sesaat,

Sebab madahan tidak nak datang,

Sering saya sulit mendekat,

Sebab terkurung lukisan mamang.

Bukan beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkai pantun,

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alun.,

 

 

 

 

 

Analisis

Pendekatan Strukturalisme pada puisi :

1.      Tipografi

Pada puisi tersebut pengarang menggunakan tipografi teratur karena pengarang tetap memperhitungkan jumlah suku kata, jumlah kata, persamaan bunyi, dan sebagainya.

2.      Kata dan Diksi

a. Kata

Puisi diatas menggunakan bahasa melayu dan menggunakan kata-kata yang diulang-ulang (perulangan bunyi) seperti pengulangan kata bukan beta dan sering saya. Kata-kata yang bersifat konkret juga terdapat dalam puisi ini, seperti : Beta, saya, dan susah.

b.Diksi

Diksi yang digunakan pada puisi diatas menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif seperti yang terdapat pada kata budak Negeri, Lagu, yang mengandung makna karya sastra yang dibuat pengarang, dan kata Alun. Imajeri yang muncul adalah auditif yang tampak pada bait ke-lima.

3.      Bahasa kiasan dan bahasa simbolik

-         Hiperbola         : pada kalimat bukan beta budak negeri

-         Repetisi            : misalnya pada kalimat Bukan beta bijak berperi, bukan beta budak negeri pada bait pertama.

-         Personifikasi     : terdapat  pada kalimat Sebab terkurung lukisan mamang dan Hanya mendengar bisikan alun.

4.      Rima, Aliterasi, Asonansi

a. Rima

Puisi diatas menggunakan berbagai macam rima yang terdiri dari :

Ø      Berdasarkan jenisnya :

o Rima tak sempurna yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir, contoh:

Bukan beta bijak berperi,

pandai mengubah madahan syair;

Bukan beta budak negri,

musti menurut undangan mair.

o       Rima tertutup yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan), contoh:

Sering saya susah sesa’at,

sebab madahan tidak ‘nak datang,

Sering saya sulit menekat,

sebab terkurung lukisan mamang.

Ø      Berdasarka letaknya :

o       Rima sejajar yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
Contoh:
Bukan beta bijak berperi,

pandai mengubah madahan syair;

Bukan beta budak negri,

musti menurut undangan mair

b.Aliterasi

Misalnya :

Susah sungguh saya sampaikan,

degup degupan didlam kalbu,

dan

Sering saya susah sesaat

Sebab madahan tida na, datang.

Sering saya sulit menekat.

 

 

c. Asonansi

Bukan beta bijak berlagu,

dapat melemah bingkaian pantun

5.      imajinasi

Citra atau bayangan yang muncul dalam puisi tersebut yaitu imaji pendengaran (auditif) misalnya pada bait ke-5 :

Bukan beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkai pantun,

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alun.,

6.      tema : puisi diatas bertemakan nasionalisme. Amanat : penyair menghendaki pembaca untuk mengikuti keinginan hati dan tidak terkekang pada peraturan yang dapat menghambat kemajuan.

7.      makna

Dalam puisi Bekan Beta Bijak Berperi diatas dapat diketahui bahwa penulis merasa bahwa ia bukanlah orang hebat dan tak ingin seperti budak negeri yang selalu tunduk pada peraturan orang lain termasuk penjajah. Ia mempunyai rangkaian seloka lama dan ingin menyusun karya baru sesuai kata hatinya meski kesulitan dan kemudahan tak kujung datang. Namun, Ia mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pandai melagukan pantun, ia hanya ingin mendengarkan bisikan dari dirinya sendiri dan orang – orang sekitarnya yang ingin membebaskan diri dari keterbelengguan segala hal.

 

 

 

 

 

 

 

Puisi 2

 

SAJAK

Sanusi Pane

 

O...Bukanlah dalam kata yang rancak

Kata yang pelik kebagusan sajak

O,,,pujangga buanglah segala kata

Yang kan mempermain mata

Dan hanya dibaca sepintas lalu

Karena tak keluar dari sukma

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

 

Analisis

Pendekatan Strukturalisme pada puisi :

1.Tipografi

Pada puisi tersebut pengarang menggunakan tipografi teratur dengan bais dan bait yang tidak sama.

2.Kata dan Diksi

b.Kata

Pada puisi tersebut kata-kata yang digunakan cukup familier dan lebih mudah dipahami meskipun ada istilah yang belum diketahui maknanya secara pasti oleh pembaca. Misalnya pada kata rancak.

 

 

 

c. Diksi

Diksi yang digunakan pada puisi diatas menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif seperti yang terdapat pada kata mempermain mata, dan kata-kata perumpamaan seperti matahari mencintai bumi

8.      Bahasa kiasan dan bahasa simbolik

-    Personifikasi:O..pujangga buanglah segala kata

yang kan mempermain mata

-   Perumpamaan (simile):seperti matahari menyinari bumi

-   Hiperbola: harus cintamu senantiasa

9.      Rima, Aliterasi, Asonansi

a. Rima

Rima pada puisi diatas cenderung termasuk dalam rima akhir karena adanya  persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi, seperti :

O...Bukanlah dalam kata yang rancak

Kata yang pelik kebagusan sajak

O,,,pujangga buanglah segala kata

Yang kan mempermain mata

b.Aliterasi

Misalnya :

Kata yang pelik kebagusan sajak

c. Asonansi

Misalnya:

seperti matahari mencintai bumi

memberi sinar selama-lamanya

10.  imajinasi

Imaji dalam puisi “sajak” termasuk dalam jenis imaji penglihata. Hal ini bisa dibuktikan pada bait kedua :

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

11.  tema : ketulusan dan keikhlasan. Amanat : sebagai manusia hendaknya kita bisa ikhlas dan tulus dalam memberikan sesuatu kepada orang lain seperti halnya sajak yang dianalogikan dengan matahari yang menyinari bumi tanpa mengharapkan imbalan apapun.

12.  makna

Dalam puisi tersebut bisa diketahui bahwa sajak bukanlah kata-kata yang amat bagus namun kata yang pelik atau rumit dengan segala ungkapan hati yang bisa dibaca sepintas lalu. Hal itu seperti matahari yang menyinari bumi, walaupun telah memberikan sinarnya, namun ia tak menuntut balasan apapun.

 

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis kedua puisi diatas dapat diketahui bahwa :

1)      tipografi untuk puisi pertama bersifat teratur, sedangkan puisi kedua bersifat teratur dengan baris dan bait yang tidak sama.

2)      Kata dan diksi yang digunakan dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi menggunakan bahasa melayu dengan beberapa perulangan kata serta diksi yang konotatif, pada puisi Sajak pengarang menggunakan kata-kata yang cukup familier dan lebih mudah dipahami. Diksi yang digunakan sebagian bersifat konotatif dan perumpamaan.

3)      Bahasa kiasan dalam puisi  Bukan Beta Bijak Berperi kebanyakan berupa repetisi dan personifikasi. Sementara pada puisi sajak lebih bersifat perumpamaan.

4)      Rima, aliterasi, dan asonansi pada kedua puisi diatas ada, namun karena puisi kedua lebih pendek maka rima, aliterasi, dan asonansinya pun hanya sedikit.

5)      Imajinasi pada puisi Bukan Beta Bijak Berperi cenderung kepada imajinasi yang bersifat auditif, sedangkan pada puisi sajak bersifat penglihatan.

6)      Tema dan amanat pada puisi Bukan Beta Bijak Berperi bersifat nasionalisme dan keinginan untuk hidup bebas dari keadaan yang serba terkekang, sementara itu pada puisi sajak bertemakan ketulusan dan keikhlasan.

7)      Makna yang terkandung dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi adalah meskipun kita bukan orang yang hebat, namun jangan mau jika hanya tunduk pada penjajah yang memperbudak kita. Kita harus bisa hidup bebas. Sementara itu pada puisi sajak kita sebaiknya memiliki sifat tulus dan ikhlas seperti matahari menyinari bumi yang tanpa mengharapkan balasan kembali.

1 komentar:

  1. ini jd tugasku wi. hahaha
    kbtulan ak lg malas ngerjain. :p

    kpn2 blog mu ak perbaiki biar trlihat lbh bagus.

    BalasHapus