Kamis, 30 Desember 2010

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN
PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF
Oleh :
Nur Endah Ariningsih
K1208034

A. Kajian Teori
1. Pengertian Kalimat Efektif
Menurut Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik (2008 : 103) yang dimaksud kalimat adalah konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) disebutkan bahawa kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan konsep pikiran dan perasaan.
Sementara itu, dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indosesia dijelaskan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan dan tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Lisan berarti dapat diucapkan dengan suara naik turun, disela jeda, diakhiri intonasi akhir dan diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi serta proses fonoligis lainnya. Dalam wujud lisan, kalimat diawali dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!) dan berbagai jenis tanda baca lainnya. Nina Widyaningsih dalam makalahnya Kalimat dalam Bahasa Indonesia, 2009 menambahkan bahwa sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itubukanlah kalimat. (http://komunitasmahasiswa.com).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah suatu bagian ujaran yang minimal terdiri atas Subyek dan Predikat yang disusun sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku yang dapat mengungkapkan gagasan atau pikiran secara utuh.
Kata efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “berhasil guna”. Kaitannya dalam komunikasi, kalimat efektif diartikan sebagai kalimat yang secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya atau mengungkapkan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan pikiran pembaca atau penulisnya.
Sebelumnya pernah diteliti tmengenai “Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi” yang ditulis oleh Epraim (dalam she2008) menyimpulkan bahwa struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat sesuai dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan adanya variasi. Putrayasa (2007 : 2) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.( http://she2008.wordpress.com)

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Kesatuan Gagasan
Kalimat efektif harus memperlihatkan kesatuan gagasan. Unsure-unsur dalam kalimat itu saling mendukung sehingga membentuk kesatuan ide yang padu. Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat terganggu karena :
1) Subjek/ Predikatnya tidak jelas.
Missal :
Berhubung itu mengemukakannya juga minat baca kaum temaja makin menurun (tidak efektif).
Sehubungan dengan itu, ia juga mengemukakan bahwa minat baca kaum remaja makin menurun (efektif).
2) Fungsi keterangan yang salah letak
Missal :
Tahun ini SPP siswa baru saja dinaikkan (tidak efektif)
SPP siswa tahun ini baru saja dinaikkan atau Tahun ini, SPP siswa-baru saja dinaikkan (efektif)
3) adanya gagasan yang bertumpuk-tumpuk
Missal :
Kita semua mengemban amanat penderitaan rakyat harus sellu mengupayakan kesejahteraan bangsa kita (tidak efektif)
Selaku pengemban amanat penderitaan rakyat, kita harus selalu mengupayakan kesejahteraan.(efektif).
b. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah hubungan timbale balik yang jelas antara unsure-unsur pembentuk kalimat itu. Cara membuat kepaduan yaitu dengan menggunakan kata ganti, kata depan, dan kata penghubung yang tepat dalam kalimat.
c. Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan contoh di bawah ini.
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.(salah)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.(benar)
d. Kehematan
Menurut Akhadiah, dkk. (dalam she08), kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan:
1). Pengulangan Subjek Kalimat
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Contoh:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena mereka tahu masa ujian telah dekat.(salah)
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat.(benar)
2) Hiponimi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:2003) hiponim adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon. (salah)
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon. (benar)
3). Pemakaian Kata Depan ”dari” dan ”daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), atau asal-usul.
Contoh :
Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau lainnya.
Contoh:
Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.
e. Penekanan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan..



Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1). Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2). Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.





f. Penggunaan Ejaan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan ejaan secara tepat, baik itu dalam hal penggunaan tanda baca, penulisan huruf, maupun dalam penulisan kata.
Contoh :
Seorang mahasiswa seumpama pendai gunung, sedang mendaki gunung cita-cita. (tidak efektif)
Seorang mahasiswa, seumpama pendai gunung, sedang mendaki gunung cita-cita.( efektif).
g. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Kalimat tersebut tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
h. Kecermatan
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berart icermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
•Hindari penanggalan awalan
•Hindari peluluhan bunyi/ c /
•Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan/ k / yang tidak luluh
•Hindari pemakaian kata ambigu


i. Kevariasian
Yakni menyusun kalimat dengan variasi tertentu agar tidak monoton atau membosankan. Variasi dimungkinkan oleh hal-hal berikut ini.
1). Variasi dalam pembukaan kalimat yang bisa dibentuk via frase keterangan (cara, waktu, tempat), frase benda, frase kerja, dan partikel penghubung.
Contoh :
Dilemparnya jauh-jauh perasaan cintanya kepada Sharon Stone, setelah mendengar kabar buruk tentangnya.
Pak Agus selalu memasang muka masam, karena melihat murid-muridnya yang malas-malasan.
2) Variasi dalam pola kalimat. Hal ini dapat dibentuk dengan cara mengubah pola kalimat S-P-O misalnya menjadi O-P-S, atau sebaliknya.
3)Variasi dalam jenis kalimat. Variasi ini debentuk dengan mengubah kalimat berita, misalnya menjadi kalimat Tanya atau kalimat perintah.
3. Sebab-sebab kalimat tidak efektif
Berikut ini 8 Sebab Ketidakefektifan Kalimat :
1. Kontaminasi ( merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah)
Contoh :
 diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
 memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
 sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
2. Pleonasme : pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu
Contoh :
 para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)* para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
 banyak siswa-siswa (banyak siswa)
 saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
 agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
 disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. Tidak Memiliki Subjek
Contoh :
 Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
 Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
 Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. Adanya kata depan tidak perlu
Contoh :
 Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
 Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
5. Salah Nalar
Contoh :
 waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
 Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
6. Kesalahan Pembentukan kata
Contoh :
 mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
 mensoal seharusnya menyoal
 ilmiawan seharusnya ilmuwan
7. Pengaruh bahasa asing
Contoh :
 Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
 … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
 Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
B. Sintesis Teori Kalimat Efektif
Berangkat dari beberapa konsep yang dipaparkan pada kajian teoretik, dapatlah disintesiskan bahwa pada hakikatnya yang dimaksud dengan penguasaan kalimat efektif – dalam penelitian ini -- adalah kemampuan siswa dalam memahami suatu kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran maupun perasaan yang disampaikan penulis/pembicara dengan yang diterima pembaca/ pendengar sesuai cirri-ciri pembentukannya.
C. Definisi Konseptual Kalimat Efektif
Penguasaan kalimat efektif adalah kemampuan siswa dalam memahami suatu kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran maupun perasaan yang disampaikan penulis/pembicara dengan yang diterima pembaca/ pendengar sesuai cirri-cirinya pembentukannya.
D. Definisi Operasional Kalimat Efektif
Penguasaan kalimat efektif adalah kemampuan siswa dalam memahami suatu kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran maupun perasaan yang disampaikan penulis/pembicara dengan yang diterima pembaca/ pendengar sesuai cirri-cirinya pembentukannya, yang diindikatori dengan pengetahuan dan pemahamannya melalui : 1) Pengetahuan tentang hakikat kalimat efektif, 2) pengetahuan mengenai cirri-ciri kalimat efektif, 3) pengetahuan mengenai sebab-sebab ketidak efektifan kalimat, 4)kemampuan dalam memahami contoh kalimat efektif, dan 5) kemampuan mengubah kalimat tidak efektif menjadi kalimat efektif.

E. Dimensi dan Indikator dalam Mengukur Penguasaan Kalimat Efektif
Sesuai dengan definisi operasional yang telah dinyatakan di atas, dimensi kemampuan penalaran dalam penelitian ini mencakup lima hal, yaitu 1) Pengetahuan tentang hakikat kalimat efektif, 2) pengetahuan mengenai cirri-ciri kalimat efektif, 3) pengetahuan mengenai sebab-sebab ketidak efektifan kalimat, 4)kemampuan dalam menemukan contoh kalimat efektif, dan 5) kemampuan mengubah kalimat tidak efektif menjadi kalimat efektif.




F. Kisi-kisi atau Tebel Spesifikasi Instrumen Tes Penguasaan Kalimat Efektif (Sebelum diuji cobakan)
Variabel Indikator Nomor
Soal Jumlah
Penguasaan kalimat efektif Kemampuan memahami hakikat kalimat efektif 1, 3, 5, 17, 26, 28, 6
Kemampuan menyebutkan ciri-ciri kalimat efektif 11, 15, 18, 19, 22, 29 6
Kemampuan memahami penyebab kalimat menjadi tidak efektif 9, 13, 14, 23, 27, 30 6
Kemampuan dalam menemukan contoh kalimat yang efektif 2, 6, 8, 12, 16, 20 6
Kemampuan mengubah kalimat tidak efektif menjadi kalimat yang efektif 4, 7, 10, 21, 24, 25 6
Jumlah Total 30

G. Penjabaran Butir-butir Soal Tes Penguasaan Kalimat Efektif
1. Petunjuk Umum Mengerjakan Tes
1. Tes ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik penguasaan kalimat efektif Anda dalam berbahasa Indonesia.
2. Jumlah butir soal tes ini ada 40. Anda dianjurkan untuk mengerjakan semua butir soal.
3. Tulis jawaban Anda pada lembar jawab yang telah disediakan dan jangan membuat corat-coret pada lembar soal!
4. Jika Anda selesai mengerjakan, serahkan lembar jawab soal dan lembar jawaban pada pengawas.
5. Setiap butir soal yang Anda jawab dengan benar akan diberi nilai atau skor 1 sehingga skor tertinggi ada 40
6. Waktu yang disediakan bagi Anda untuk mengerjakan tes ini ada 90 menit.
Selamat mengerjakan !
Jawablah soal di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D sesuai dengan pilihan yang menurut Anda paling tepat!
1. Pembangunan pertanian tidak hanya membatasi pada pengembangan tanaman tradisional. Kalimat di atas dianggap tidak efektif karena adanya penggunaan kata yang salah. Kata yang salah itu adalah…
A. Pembangunan
B. Tidak
C. Membatasi
D. Tanaman
E. Trasisional
2. Kalimat-kalimat di bawah ini TIDAK efektif, KECUALI
A. Pada hari ini merupakan hari yang bersejarah bagiku.
B. Dalam rapat itu sudah menetapkan susunan politis seminar.
C. Kepada para mahasiswa diharapkan berkumpul di aula.
D. Kepada para peserta diumumkan bahwa perlombaan akan dimulai
E. Ia memperoleh banyak keuntungan dari berdagang kain kiloan
3. Kepala dari rumah sakit itu telah dipecat dari jabatannya. Kalimat tersebut dapat dijadikan kalimat efektif dengan cara…..
A. Menghilangkan kata “dari jabatannya”
B. Menghilangkan kata “dari pada”
C. Di belakang kata “itu”diberi tanda koma
D. Menghilangkan kata “pada”
E. Kata “telah”diganti “sudah”
4. Dengan perubahan zaman telah menuntut para pendidik untuk mencari metode mengajar yang baru.
Kalimat tersebut dapat dijadikan kalimat efektif dengan cara
A. Mengubah menuntut menjadi dituntut
B. Meletakkan para pendidik pada awal kalimat
C. Menghilangkan kata dengan
D. Menghilangkan kata telah
E. Meletakkan dengan perubahan zaman pada akhir kalimat
5. Pemakaian kata depan dari pada yang efektif terdapat dalam kalimat :
A. Harga baju di pasar lebih murah dari pada di toko
B. Dari pada duduk sendiri, lebih baik belajar
C. Lebih baik berhati-hati dari pada menanggung resiko
D. Siasat dari pada mereka sudah diketahui lawan politiknya
E. Dari padanya aku menemukan cinta sejati
6. Ditinjau dari susunannya kalimat yang betul adalah
A. Ibu sudah menyiapkan makan pagi.
B. Kami akan sampaikan permintaan maaf kepadanya.
C. Sudah saya sampaikan pesanmu kepada Pak Wahidin.
D. Kamu harus pikirkian masalah ini baik-baik.
E. Kepadanya saya sampaikan pesanmu.
7. Dalam rapat itu membicarakan masalah yang berhubungan dengan kesejahteraan anggota. Kalimat itu dapat dijadiakn kalimat efektif dengan
A. Meletakkan klausa masalah yang berhubungan dengan kesejahteraan anggota pada awal kalimat
B. Mengubah bentuk membicarakan menjadi dibicarakan
C. Menghilangkan kata yang
D. Menghilangkan kata anggota
E. Meletakkan dalam rapat itu pada akhir kalimat
8. Kalimat efektif terdapat dalam pernyataan
A. Kepada yang merasa belum kelas silakan untuk bertanya.
B. Hadirin dilarang merokok.
C. Selain daripada itu, Saudara harus memenuhi syarat-syarat lainnya.
D. Izin diberikan kepada yang telah memenuhi syarat.
E. Isi daripada surat ini adalah pemberitahuan kepada orang tua wali untuk segera melinasi SPP.
9. Jalan raya itu akan segera diperlebarkan. Kalimat tersebut tidak efektif karena
A. Mengandung bentuk kontaminasi imbuhan
B. Menagndung penulisan kata mejemuk yang tidak sesuai dengan EYD
C. Kata-kata dalam frse verbal tersusun terbalik
D. Mengandung pemakaian awalan di- yang menunjukkan situasi
E. Menggunakan kata adalah
10. Saya akan ceritakan semua pengalaman kami.
Kalimat di atas tidak baik susunannya . kalimat yang baik susunanya adalah
A. Semua pengalaman kami, saya akan ceritakan
B. Akan saya ceritakan semua pengalaman kami
C. Pengalaman kami semua saya akan ceritakan
D. Semua akan pengalaman kami saya ceritakan
E. Pengalaman saya akan kami ceritakan
11. Sekretaris itu mengecek daftar nama-nama karyawan. Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memenuhi salah satu syarat kalimat efektif, yaitu..
A. Kepaduan gagasan
B. Kesepadanan struktur
C. Kehematan kata
D. Keparalelan bentuk
E. Kelogisan bahasa
12. Di antara kalimat bawah ini, yang berupa kalimat efektif adalah..
A. Mengenai bahasa nasional dewasa ini menghadapi bermacam permasalahan
B. Berdasarkan keterangan yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan gedung itu berjalan dengan baik
C. Dengan garis kebijaksanaan itu memungkinkan pembangunan nasional berhasil
D. Seorang yang menguasai persoalan akan dapat mengemukakan persoalan dengan baik
E. Menurut pendapat para ahli mereka berpendapat bahwa perencanaan bahasa sedang mengalami kendala
13. Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Kalimat di atas tidak efektif karena…
A. Tidak sepadan
B. Tidak tegas makananya
C. Tidak hemat
D. Tidak padu
E. Tidak logis
14. Silakan maju ke depan. Kalimat tersebut tidak efektif karena....
A. Adanya kata depan yang tidak perlu
B. Akibat dari salah nalar
C. Adanya kontaminasi
D. Akibat pengaruh bahasa asing
E. Pemakaian kata yang mubadzir
15. Yang dimaksud kesatuan gagasan dalam kalimat efektif adalah…
A. Terdapat unsur S, P, O/ K yang saling mendukung
B. Memiliki kesamaan bentuk atau imbuhan
C. Tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu
D. Ada penekanan pada kata-kata yang penting
E. Mudah dipahami
16. Contoh kalimat yang efektif di bawah ini…
A. Semua peserta seminar diharap balik ke atas agar acara dapat dimulai.
B. Untuk menghemat waktu, acara kita lanjutkan.
C. Waktu dan tempat kami persilakan.
D. Kakak membelikan adik tas dan sepatu sekolah.
E. Kepada Yth. Bpk wali kota kami persilakan.
17. Kalimat yang tersusun baik adalah
A. Mereka yang belum membayar iuran segara dilunasi.
B. Mahasiswa yang meminjam buku itu supaya mengembalikannya.
C. Barang siapa menemukan barang itu supaya diserahkan kepada polisi.
D. Nasabah harus melunasi hutangnya pada waktunya.
E. Sepeda motor dilarang parker di sini!
18. Harga minyak dibekukan atau kenaaikan secara luwes
Contoh kalimat di atas tidak efektif karena tidak mengandung unsur…
A. Keparalelan bentuk
B. Kesepadanan struktur
C. Kehematan kata
D. Kepaduan gagasan
E. Kelogisan bahasa
19. Syarat-syarat kalimat efektif adalah
A. Harmonisasi
B. Hubungan social
C. Keserasian
D. Kebakuan
E. Kesatuan
20. Kalimat di bawah ini tidak efektif, kecuali
A. Kue ini terbuat daripada tepung terigu
B. Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan angket
C. Pengamat ekonomi sedang berbicara tenatng fluktuasi nilai rupiah
D. DPR sedang membahas tentang kenaikan harga BBM
E. Lukisan ini merupakan salah satu bentuk karya seni
21. Karena ia tidak diundang dia tidak datang ke tempat itu. Kalimat ini dapat menjadi efektif jika dihilangkan salah satu katanya, yaitu..
A. Karena
B. Ia
C. Tidak
D. Diundang
E. Dia
22. Contoh kalimat di bawah ini yang tidak efektif karena tidak logis adalah…
A. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu
B. Ia memakai baju warna merah
C. Mereka membicarakan kehendak rakyat
D. Makalah ini akan membahas desain interior
E. Waktu dan tempat kami persilakan
23. Yang termasuk penyebab kalimat menjadi tidak efektif, KECUALI
A. Kontaminasi
B. Tidak memiliki keterangan
C. Tidak memiliki subjek
D. Adanya kata depan tidak perlu
E. Salah nalar
24. Soal itu saya kurang jelas
( tidak efektif ). Kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat efektif menjadi..
A. Kurang jelas saya soal itu
B. Itu soal kurang jelas saya
C. Itu soal kuarng jelas bagi saya
D. Soal itu bagi saya kurang jelas
E. Jelas kurang itu soal bagi saya
25. Saya akan ceritakan semua pengalaman kami.
Kalimat di atas tidak baik susunannya . kalimat yang baik susunanya adalah
A. Semua pengalaman kami, saya akan ceritakan
B. Akan saya ceritakan semua pengalaman kami
C. Pengalaman kami semua saya akan ceritakan
D. Semua akan pengalaman kami saya ceritakan
E. Pengalaman saya akan kami ceritakan
26. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan. Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat keterbalikan penyususnan pada kata..
A. Saran dan yang
B. Dikemukakannya dan kami
C. Kami dan akan
D. Kemukakannya dan akan
E. Akan dan pertimbangkan
27. Rumah di mana ia tinggal adalah bentuk kalimat yang tidak efektif yang disebabkan oleh?
A. Pengaruh bahsa asing
B. Pengaruh bahasa daerah
C. Tidak bersubjek
D. Salah nalar
E. Kesalahan bentuk kalimat
28. Persoalan minat baca tidak terletak pada beberapa jam seseorang tahan membaca dalam sehari. Namun, menyempatkan diri untuk selalu menyentuh bacaan yang disukai sudah cukup mewakili semangat membaca. Bagi seseorang pembaca sejati, akan menjadikan bacaan sebagai referensi terhadap pemikiran dan tindakannya sehari-hari. Tutur kata dan tata bahasanya baik. Bacaan yang dapat menjadi inspirasi seseorang anak untuk terus menjadi besar dan mewujudkan cita-citanya itu.
Kalimat TIDAK efektif dalam paragraph tersebut terdapat dalam kalimat ke….
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
29. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat agar menjadi efektif, KECUALI..
A. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
B. Membuat urutan kata yang bertahap
C. Menggunakan repetisi
D. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
E. Paralelisme
30. Kedua pemuda itu saling pukul-memukul setelah bertengkar mulut masalah wanita. Kalimat tersebut tidak efektif karena...
A. Adanya penggunaan kata mubadzir
B. Adanya kontaminasi bahasa
C. Subjek kalimat belum jelas
D. Penggunaan kata depan yang salah
E. Ejaan yang kurang tepat


H. Rumus Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Tes Penguasaan Kalimat Efektif

1. Validitas Butir Instrumen
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur rumus Korelasi apa yang seharusnya diukur (Muh Nasir, 1999: 281). Untuk menguji validitas instrumen kemampuan penalaran, digunakan Point Biserial (rpbi), sebagai berikut:




(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000: 122)
Keterangan :
rpb (i) = koefisien korelasi point biserial.
= rerata skor jawaban yang benar butir ke-i
= rerata skor total
St = standar deviasi skor total
pi = proporsi jawaban benar untuk butir soal ke-i
qi = proporsi jawaban salah untuk butir soal ke-i

2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat pengukur secara ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang diukurnya (Nasir, 1999:281). Untuk menghitung reliabilitas instrumen kemampuan penalaran, digunakan rumus KR-20 sbb:





(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000: 145)
Keterangan :
rii = reliabilitas soal
k = jumlah soal yang valid
piqi = hasil perkalian jawaban benar dan salah
St2 = standar deviasi total





I. Daftar Pustaka

Abdul Aziz. 2009. Sebab Ketidakefektifan Kalimat. http://azizturn.wordpress.com//. (Diakses tanggal 2 November 2010).

Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

E. Kokasih. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : CV YRAMA WIDYA.

Harimurti Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hasan Alwi, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hasan Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Nina Widyaningsih. Kalimat dalam bahasa Indonesia. http://komunitasmahasiswa.info/2009/02/ciri-ciri-kalimat-efektif. (Diakses tanggal 9 Desember 2010).

She2008. Kalimat efektif. http://she2008.wordpress.com. (Diakses tanggal 20 November 2010).

Wahyu Wibowo.2001. Manajemen Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Minggu, 01 Agustus 2010

apresiasi puisi

Surat Kepada Bunda :

Tentang Calon Menantunya

 

Mama yang tersayang

Akhirnya kutemukan juga jodohku

Seseorang yang bagai kau

Sederhana dalam tingkah laku dan bicara

Serta sangat menyayangiku

 

Terpupuslah sudah masa-masa sepiku

Hendaknya berhenti gemetar rusuh

Hatimu yang baik itu

Yang selalu mencintaiku

Karena kapal yang berlayar

Telah berlabuh dan ditambatkan

Dan sepatu yang berat serta nakal

Yang dulu biasa menempuh

Jalan-jalan yang mengkhawatirkan

Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara

Kini telah lepaskan

Dan berganti dengan sandal rumah

Yang tenteram, jinak, sederhana

 

Mama

Burung dara yang nakal

Yang sejak dulu kau piara

Kini terbang dan telah menemui jodohna

Ia telah meninggalkan sarang yang kau buatkan

Dan tiada akan pulang

Buat selama-lamanya

Ibuku,

Aku telah menemukan jodohku

Janganlah kau cemburu

Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti

Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi

 

Begitu kata alam, begitu kau mengerti

Bagai dulu bundamu melepas kau

Kawin dengan ayahku. Dan bagai

Bunda ayahku melepaskannya

Untuk mengawinimu

Tentu sangatlah berat

Tapi itu harus, mama!

Dan akhirnya tak kan begitu berat

Apabila telah dimengerti

Apabila telah disadari

Hari sabtu yang akan datang

Aku akan membawanya kepadamu

Ciumlah kedua pipinya

Dan panggillah ia dengan kata ;’anakku!’

 

Bila malam telah datang

Kisahkan padanya

Riwayat para leluhur kita

Yang ternama dan perkasa

Dan biarkan ia nanti

Tidur disampingmu

 

Iapun anakmu

Sekali waktu nanti

Ia akan melahirkan cucu-cucumu

Mereka sehat-sehat dan lucu-lucu

Dan kepada mereka

Ibunya akan bercerita

Riwayat yang baik tentang nenek mereka

Bunda bapak mereka

Ciuman abadi

Dari anak lelakimu yang jauh

 

 

Willy

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendekatan Strukturalisme Puisi

1.       Tipografi (penyusunan baris dan bait dalam puisi)

Berdasarkan jenis tipografinya, puisi diatas termasuk jenis puisi dengan tipografi teratur dengan jumlah baris dan bait yang tidak sama. Alasannya, pada puisi tersebut pengarang masih menggunakan persamaan bunyi atau rima, jumlah kata dan penyusunan kata meskipun baris dan baitnya tidak sama.

2.       Kata dan Diksi

Dalam puisi tersebut, pengarang lebih banyak menggunakan kata –kata yang sudah familier dan mudah dipahami oleh pembaca meskipun ada juga beberapa kata yang mengalami defamilier.

Sementara itu, diksi yang digunakan pengarang kebanyakan bermakna konotatif. Misalnya, ia melukiskan kehidupannya dahulu dan berubah saat ia telah menemukan jodohnya dengan “kapal yang berlayar yang telah berlabuh dan ditambatkan”. Ia juga melukiskan dirinya sewaktu belum menemukan jodohnya dengan istilah “burung dara yang nakal”.

3.       Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik

Bahasa kiasan yang terdapat dalam puisi tersebut antara lain :

a)Perbandingan

contoh :

o        Seseorang yang bagai kau

o        Dan bagai Bunda ayahku melepaskannya

Untuk mengawinimu

  • Bagai dulu bundamu melepas kau

b)     Metafora

Contoh :

o        Dan berganti dengan sandal rumah

Yang tenteram, jinak, sederhana

o        Burung dara yang nakal

c)       Personifikasi

Contoh :

o        Terpupuslah sudah masa-masa sepiku

Hendaknya berhenti gemetar rusuh

o        Dan sepatu yang berat serta nakal

d)      Hiperbola

Contoh :

o        Jalan-jalan yang mengkhawatirkan

Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara

o        Kini terbang dan telah menemui jodohnya

e)       Repetisi

Contoh :

o        Begitu kata alam, begitu kau mengerti

o        Apabila telah dimengerti

Apabila Telah Disadari

4.Rima, Aliterasi, Asonansi

Rima (persamaan bunyi akhir kata yang terdapat antar baris dalam satu bait, terdiri dari rima awal, tengah, akhir)

rima dalam puisi diatas kebanyakan berupa rima akhir. Contohnya pada bait pertama :

Mama yang tersayang

Akhirnya kutemukan juga jodohku

Seseorang yang bagai kau

Sederhana dalam tingkah laku dan bicara

Serta sangat menyayangiku

Bait tersebut rimanya abbab. Selanjutnya pada bait-bait berikutnya dan seterusnya juga mempunyai rima akhir.

Aliterasi (persamaan bunyi konsonan pada satu baris puisi)

Contoh:

Terpupulah sudah masa-masa sepiku

Telah berlabuh dan ditambatkan

Asonansi (persamaan bunyi vokal pada satu baris puisi)

Contoh:

Mama yang tersayang

Sederhana dalam tingkah laku dan bicara

Dan tiada akan pulang

Buat selama-lamanya

Yang ternama dan perkasa

5.Imaji (citra atau bayangan yang muncul dalam pikiran pembaca puisi)

Contoh:

Imaji penglihatan :

Karena kapal yang berlayar

Telah berlabuh dan ditambatkan

Jalan-jalan yang mengkhawatirkan

Kini terbang menemui jodohnya

Bila malam telah datang

Imaji pendengaran :

Dan panggillah ia dengan kata ;’anakku!’

Kisahkan padanya

Riwayat para leluhur kita

 

6.Tema Dan Amanat

Tema puisi diatas adalah : perjuangan seorang anak untuk mendapatkan ridho Ibunya.

Amanat :

·  Hendaknya kita mengatakan segala-sesuatu dengan sejujur-jujurnya kepada Ibu sebagai orang tua kita. Seperti pada bait :

Mama yang tersayang

Akhirnya kutemukan juga jodohku

Seseorang yang bagai kau

·  Jika memilih pendamping hidup pilihlah yang baik budi pekertinya.

Sederhana dalam tingkah laku dan bicara

Serta sangat menyayangiku

 

·  Sorang Ibu hendaknya mau memberikan restu ketika anaknya telah menemukan jodohnya.

Ibuku,

Aku telah menemukan jodohku

Janganlah kau cemburu

Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti

Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi

 

·  Hendaklah seorang Ibu menyayangi menantunya seperti halnya ia menyayangi anak kandungnya sendiri.

….

Dan akhirnya tak kan begitu berat

Apabila telah dimengerti

Apabila telah disadari

Hari sabtu yang akan datang

Aku akan membawanya kepadamu

Ciumlah kedua pipinya

Dan panggillah ia dengan kata ;’anakku!’

 

7.Makna Puisi

Makna puisi diatas adalah ungkapan perasaan senang Rendra ketika ia telah menemukan pendamping hidupnya. Ia menceritakan kebahagiaanya itu kepada bundanya agar mau merestui dan menerima calon istri yang sudah lama dinantikan Rendra.

BAHASA SIMBOLIS DALAM PUISI SEMBAHYANG RERUMPUTAN

Ahmadun Yosi Herfanda, lahir di Kendal,7 Januari 1956, alumni Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Yogyakarta. Hingga kini menjabat redaktur budaya harian Republika. Beliau menulis antologi puisi Sang Matahari (1984), Ladang Hijau ( 1990 ), Sajak Penari ( 1991 ), Sembahyang Rerumputan ( 1996 ), dan kimpulan cerpen Sebelum Tertawa Dilarang (1997).

Salah satu puisinya yaitu Sembahyang Rerumputan 

SEMBAHYANG RERUMPUTAN

 

Aku, rerumputan

Tak pernah lupa sembahyang

Inna Sholati wa nusuki

Wa mahyayaa wa mammati

Lillahi Robbil’alamin

 

Topan melanda padang ilalang

Tubuhku begoyang-goyang

Tapi tetap teguh dalam sembahyang

Dan akarku yang menggurat di bumi

Tak berhenti mengucap sholawat nabi

 

Tebanglah aku

Akan segera tumbuh sebagai rumput baru

Bakarlah daun-daunku

Akan bertunas melebihi dulu

 

 

 

Aku, rerumputan

Kekasih Tuhan

Di kota-kota disishkan

Alam memeliharaku subur di hutan

Aku rerumputan

Tak lupa sembahyang

Inna Sholati wa nusuki

Wa mahyayaa wa mammati

Lillahi Robbil’alamin

 

Pada kambing dan kerbau

Daun-daun hijau kuberikan

Pada bumi akar-akar kupertahankan

Agar tidak kehilangan akar keberadaan

 

Di bumi terendah aku berada

Tapi zikirku menggema

Dilangit dan cakrawala

La ilaaha illallah

Muhammadar Rasulullah

 

Aku, rerumputan

Kekasih Tuhan

Segala gerakku

Adalah sembahyang

 

 

 

 

Dalam puisi di atas pengarang banyak menggunakan bahasa simbol misalnya saja pada kata Aku, rerumputan. Pengarang mengibaratkan bahwa dirinya hanyalah rerumputan. Ini beratalian dengan eksistensi manusia hidup di muka bumi ini. Kita hidup ibarat rumput, sangat rendah, hina di hadapan Sang Pencipta.

Tak pernah lupa sembahyang

Inna Sholati wa nusuki

Wa mahyayaa wa mammati

Lillahi Robbil’alamin

Bait tersebut mengandung pesan agar kita hidup di dunia ini jangan lupa akan tugas utama kita yaitu menyembah kepada Allah ( Sang Pencipta).

Bahasa simbol juga digunakan pengarang dalam mengungkapkan karakteristik sang ‘aku’

Topan melanda padang ilalang

Tubuhku begoyang-goyang

Tapi tetap teguh dalam sembahyang

Dan akarku yang menggurat di bumi

Tak berhenti mengucap sholawat nabi

Dari bait tersebut dapat diketahui bahwa sang ‘aku’adalah sosok yang berwatak pantang menyerah dan teguh pendirian meski dalam kondisi yang tak nyaman sekalipun. Hal ini di dukung oleh bait berikutnya :

Tebanglah aku

Akan segera tumbuh sebagai rumput baru

Bakarlah daun-daunku

Akan bertunas melebihi dulu

………

Pada kambing dan kerbau

Daun-daun hijau kuberikan

Pada bumi akar-akar kupertahankan

Agar tidak kehilangan akar keberadaan

Sungguh merupakan keteguhan hati dan iman yang luar biasa dimiliki sang ‘aku’ dalam puisi tersebut. Dan sungguh merupakan semangat dan rela berkorban yang tiada tara dalam beribadah kepada sang pencipta.

Dalam pusisi diatas pengarang sudah baik dalam  menentukan diksi yang tepat sebagaimana salah satu syarat dalam puisi yaitu pemilihan diksi yang tepat. Bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan ciri bahasa puisi yaitu kristalisasi makna. Namun, pengarang kurang bervariasi dalam menggunakan kata-kata. Terbukti bahwa ada beberapa kata atau kalimat yang di ulang-ulang pada bait berikutnya. Seperti pada kata Inna Sholati wa nusuki Wa mahyayaa wa mammatiLillahi Robbil’alamin yang diulang lagi pada bait ketiga. Disisi lain hal itu merupakan sebuah ‘penguatan’ tapi hendaknya pengarang lebih variatif agar pembaca tidak bosan. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menggunakan kata-kata lain yang semakna.

Dalam mengungkapkan watak ‘aku’juga cukup jelas meski lewat bahasa-bahasa simbol seperti ‘aku’ di ibaratkan sebagai ‘rerumputan’,,’aku’ sebagai makhluk tak berdaya di ibaratkan seperti ‘hidup di kota-kota yang tersisihkan’,,’aku’sebagai sosok yang rela berkorban ‘Pada bumi akar-akar kupertahankanAgar tidak kehilangan akar keberadaan ’aku’adalah sosok yang berwatak pantang menyerah dan teguh pendirian ‘Bakarlah daun-daunku Akan bertunas melebihi dulu’,,

Ada baiknya jika pengarang menggunakan simbol lain pada ‘aku’. Jadi, tidak selamanya ‘aku’ diibaratkan sebagai rumput. Dengan menggunakan simbol lain, pembaca juga akan memperoleh khazanah kosa kata baru dan tentunya menangkap pesan yang lebih variatif pula..

Mengenai aspek rekreatif dalam puisi tersebut bisa dikatakan sudah cukup berhasil. Pengarang pandai menuangkan imajinasi dan memadukannya dengan ketepatan diksi. Seperti dalam bait :

 

 

 

Aku, rerumputan

Kekasih Tuhan

Segala gerakku

Adalah sembahyang

Bertolak dari itu, pesan yang hendak disampaikan pengarang juga mudah di pahami. Pembaca jadi tahu hakikat kita hidup di dunia fana ini yang tak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala yang kita lakukan hendaknya tetap diniati semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, kita menjadi ikhlas dan tenang menjalani hidup.

Secara keseluruhan, puisi tersebut sudah cukup bagus, namun pengarang harusnya lebih variatif. Dalam menggunakan bahasa simbol hendaknya dengan kata- kata lain yang semakna untuk mengungkapkan isi maupun pesan yang hendak disampaikan. Pengarang harus pandai-pandai menempatkan kata atau kalimat jangan dilang beberapa kali dalam satu puisi.

ANALISIS STRUKTURALISME PUISI

 

ANALISIS STRUKTURALISME PUISI

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra Dosen Pengampu : Dr. Nugraheni Eko W, S.S., M.Hum.

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh:

Nama         :   Nur Endah A.

NIM          :   K1208034

Kelas         :   B

Semester    :   3

 

 

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

 

 

Puisi1

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

Rustam Effendi

 

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan beta budak Negeri,

Musti menurut undangan mair.

Sarat saraf saya mungkiri,

Untaian rangkaian seloka lama,

Beta buang beta singkiri,

Sebab laguku menurut sukma.

Susah sungguh saya sampaikan,

Degap – degupan di dalam kalbu,

Lemah laun lagu dengungan,

Matnya digamat rasaian waktu.

Sering saya susah sesaat,

Sebab madahan tidak nak datang,

Sering saya sulit mendekat,

Sebab terkurung lukisan mamang.

Bukan beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkai pantun,

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alun.,

 

 

 

 

 

Analisis

Pendekatan Strukturalisme pada puisi :

1.      Tipografi

Pada puisi tersebut pengarang menggunakan tipografi teratur karena pengarang tetap memperhitungkan jumlah suku kata, jumlah kata, persamaan bunyi, dan sebagainya.

2.      Kata dan Diksi

a. Kata

Puisi diatas menggunakan bahasa melayu dan menggunakan kata-kata yang diulang-ulang (perulangan bunyi) seperti pengulangan kata bukan beta dan sering saya. Kata-kata yang bersifat konkret juga terdapat dalam puisi ini, seperti : Beta, saya, dan susah.

b.Diksi

Diksi yang digunakan pada puisi diatas menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif seperti yang terdapat pada kata budak Negeri, Lagu, yang mengandung makna karya sastra yang dibuat pengarang, dan kata Alun. Imajeri yang muncul adalah auditif yang tampak pada bait ke-lima.

3.      Bahasa kiasan dan bahasa simbolik

-         Hiperbola         : pada kalimat bukan beta budak negeri

-         Repetisi            : misalnya pada kalimat Bukan beta bijak berperi, bukan beta budak negeri pada bait pertama.

-         Personifikasi     : terdapat  pada kalimat Sebab terkurung lukisan mamang dan Hanya mendengar bisikan alun.

4.      Rima, Aliterasi, Asonansi

a. Rima

Puisi diatas menggunakan berbagai macam rima yang terdiri dari :

Ø      Berdasarkan jenisnya :

o Rima tak sempurna yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir, contoh:

Bukan beta bijak berperi,

pandai mengubah madahan syair;

Bukan beta budak negri,

musti menurut undangan mair.

o       Rima tertutup yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan), contoh:

Sering saya susah sesa’at,

sebab madahan tidak ‘nak datang,

Sering saya sulit menekat,

sebab terkurung lukisan mamang.

Ø      Berdasarka letaknya :

o       Rima sejajar yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
Contoh:
Bukan beta bijak berperi,

pandai mengubah madahan syair;

Bukan beta budak negri,

musti menurut undangan mair

b.Aliterasi

Misalnya :

Susah sungguh saya sampaikan,

degup degupan didlam kalbu,

dan

Sering saya susah sesaat

Sebab madahan tida na, datang.

Sering saya sulit menekat.

 

 

c. Asonansi

Bukan beta bijak berlagu,

dapat melemah bingkaian pantun

5.      imajinasi

Citra atau bayangan yang muncul dalam puisi tersebut yaitu imaji pendengaran (auditif) misalnya pada bait ke-5 :

Bukan beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkai pantun,

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alun.,

6.      tema : puisi diatas bertemakan nasionalisme. Amanat : penyair menghendaki pembaca untuk mengikuti keinginan hati dan tidak terkekang pada peraturan yang dapat menghambat kemajuan.

7.      makna

Dalam puisi Bekan Beta Bijak Berperi diatas dapat diketahui bahwa penulis merasa bahwa ia bukanlah orang hebat dan tak ingin seperti budak negeri yang selalu tunduk pada peraturan orang lain termasuk penjajah. Ia mempunyai rangkaian seloka lama dan ingin menyusun karya baru sesuai kata hatinya meski kesulitan dan kemudahan tak kujung datang. Namun, Ia mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pandai melagukan pantun, ia hanya ingin mendengarkan bisikan dari dirinya sendiri dan orang – orang sekitarnya yang ingin membebaskan diri dari keterbelengguan segala hal.

 

 

 

 

 

 

 

Puisi 2

 

SAJAK

Sanusi Pane

 

O...Bukanlah dalam kata yang rancak

Kata yang pelik kebagusan sajak

O,,,pujangga buanglah segala kata

Yang kan mempermain mata

Dan hanya dibaca sepintas lalu

Karena tak keluar dari sukma

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

 

Analisis

Pendekatan Strukturalisme pada puisi :

1.Tipografi

Pada puisi tersebut pengarang menggunakan tipografi teratur dengan bais dan bait yang tidak sama.

2.Kata dan Diksi

b.Kata

Pada puisi tersebut kata-kata yang digunakan cukup familier dan lebih mudah dipahami meskipun ada istilah yang belum diketahui maknanya secara pasti oleh pembaca. Misalnya pada kata rancak.

 

 

 

c. Diksi

Diksi yang digunakan pada puisi diatas menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif seperti yang terdapat pada kata mempermain mata, dan kata-kata perumpamaan seperti matahari mencintai bumi

8.      Bahasa kiasan dan bahasa simbolik

-    Personifikasi:O..pujangga buanglah segala kata

yang kan mempermain mata

-   Perumpamaan (simile):seperti matahari menyinari bumi

-   Hiperbola: harus cintamu senantiasa

9.      Rima, Aliterasi, Asonansi

a. Rima

Rima pada puisi diatas cenderung termasuk dalam rima akhir karena adanya  persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi, seperti :

O...Bukanlah dalam kata yang rancak

Kata yang pelik kebagusan sajak

O,,,pujangga buanglah segala kata

Yang kan mempermain mata

b.Aliterasi

Misalnya :

Kata yang pelik kebagusan sajak

c. Asonansi

Misalnya:

seperti matahari mencintai bumi

memberi sinar selama-lamanya

10.  imajinasi

Imaji dalam puisi “sajak” termasuk dalam jenis imaji penglihata. Hal ini bisa dibuktikan pada bait kedua :

Seperti matahari mencintai bumi

Memberi sinar selama-lamanya

Tidak meminta sesuatu kembali

Harus cintamu senantiasa

11.  tema : ketulusan dan keikhlasan. Amanat : sebagai manusia hendaknya kita bisa ikhlas dan tulus dalam memberikan sesuatu kepada orang lain seperti halnya sajak yang dianalogikan dengan matahari yang menyinari bumi tanpa mengharapkan imbalan apapun.

12.  makna

Dalam puisi tersebut bisa diketahui bahwa sajak bukanlah kata-kata yang amat bagus namun kata yang pelik atau rumit dengan segala ungkapan hati yang bisa dibaca sepintas lalu. Hal itu seperti matahari yang menyinari bumi, walaupun telah memberikan sinarnya, namun ia tak menuntut balasan apapun.

 

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis kedua puisi diatas dapat diketahui bahwa :

1)      tipografi untuk puisi pertama bersifat teratur, sedangkan puisi kedua bersifat teratur dengan baris dan bait yang tidak sama.

2)      Kata dan diksi yang digunakan dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi menggunakan bahasa melayu dengan beberapa perulangan kata serta diksi yang konotatif, pada puisi Sajak pengarang menggunakan kata-kata yang cukup familier dan lebih mudah dipahami. Diksi yang digunakan sebagian bersifat konotatif dan perumpamaan.

3)      Bahasa kiasan dalam puisi  Bukan Beta Bijak Berperi kebanyakan berupa repetisi dan personifikasi. Sementara pada puisi sajak lebih bersifat perumpamaan.

4)      Rima, aliterasi, dan asonansi pada kedua puisi diatas ada, namun karena puisi kedua lebih pendek maka rima, aliterasi, dan asonansinya pun hanya sedikit.

5)      Imajinasi pada puisi Bukan Beta Bijak Berperi cenderung kepada imajinasi yang bersifat auditif, sedangkan pada puisi sajak bersifat penglihatan.

6)      Tema dan amanat pada puisi Bukan Beta Bijak Berperi bersifat nasionalisme dan keinginan untuk hidup bebas dari keadaan yang serba terkekang, sementara itu pada puisi sajak bertemakan ketulusan dan keikhlasan.

7)      Makna yang terkandung dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi adalah meskipun kita bukan orang yang hebat, namun jangan mau jika hanya tunduk pada penjajah yang memperbudak kita. Kita harus bisa hidup bebas. Sementara itu pada puisi sajak kita sebaiknya memiliki sifat tulus dan ikhlas seperti matahari menyinari bumi yang tanpa mengharapkan balasan kembali.