Rabu, 26 Januari 2011

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Adakan Pentas Penyutradaraan

“Produk utama yang diharapkan FKIP UNS adalah guru yang berkarakter kuat dan cerdas sesuai visi dan misinya. Melalui penyutradaraan, mahasiswa diharapkan menguasai kompetensi sebagai pendidik sesuai kualifikasi kurikulum yang diterapkan di lapangan”, ujar Budi Waluyo selaku dosen pengampu mata kuliah penyutradaraan.

Mahasiswa semester V Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS mendapatkan mata kuliah Penyutradaraan dengan beban 2 SKS. Tujuan dengan adanya mata kuliah ini antara lain agar mahasiswa menguasai kompetensi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu KTSP. “Fenomena yang ada sekarang banyak guru yang melewatkan pelajaran sastra. Padahal di kurikulum sekarang muatan sastranya lebih dari 50 persen yang terdiri dari prosa, pusi, dan salah satunya adalah drama. Mahasiswa diharapkan menguasai teori dan praktik drama sekaligus sebagai bekal saat menjadi guru agar dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik dan tidak canggung”, ungkap Budi Waluyo disela-sela waktu senggangnya kepada majalah DIDIK.
Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa pentas penyutradaraan diadakan sebagai salah satu tolok ukur mengetahui kemampuan mahasiswa tentang drama. “Kalau hanya sekadar teks saja itu baru separuh perjalanan, berdasarkan definisinya, drama adalah karya sastra yang diproyeksikan di atas pentas kepada penonton. Jadi ya harus di pentaskan dengan beberapa kriteria tentunya...”, jelasnya.

Foto saat mahasiswa memerankan adegan

Pentas penyutradaraan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2011 bertempatkan di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) mulai pukul 08.00-18.00. Masing-masing judul yang dipentaskan yaitu“ Cinta Terlarang” karya Angga R.R dengan sutradara Galang Mahardika, “Bu Juragan!!!” karya M.V. Bayu dengan sutradara Ilham Ratih Anggraeny.S, “Orang Kasar” karya Anton Chekov dengan sutradara Nailu Ruhma, “Kapal Nuh” karya Hanindawan dengan sutradara Winda Ayu Cahya F., dan “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer dengan sutradara Prihanto Ndaru Mulya.
Pementasan dinilai oleh kedua dosen pembimbing yaitu Prof. Dr. H.J.Waluyo dan Budi Waluyo, M.Pd. dengan beberapa kriteria yaitu dilihat dari segi artistik, keaktoran, musik, kostum, penyajian, dan konsep penyutradaraan. Namun, yang paling penting adalah pertunjukan secara utuh. “Pertunjukan secara utuh dalam satu kesatuan yang meliputi ketepatan penyajian seperti musik, artistik, dan sebagainya itu yang paling penting”, tambah Budi. Selain itu, diputuskan pula aktris, aktor, dan pementasan terbaik.

Foto bersama saat satu pementasan usai

Meskipun dalam pelaksanaannya menuai banyak kendala baik secara teknis maupun nonteknis, namun sejauh ini masih bisa diatasi dengan baik seperti yang diungkapkan oleh Budi Waluyo “Kendala ya tentu ada. Tidak semua mahasiswa senang dengan drama apalagi harus belajar acting, latihan sampai malem, pengorbanan biaya, dan sebagainya. Tapi toh selama ini kita tetap bisa pentas dengan baik…”tegasnya.
Melalui penyutradaraan, mahasiswa diharapkan dapat mengajarkan sastra dengan baik jika kelak menjadi guru Bahasa Indonesia di sekolah. “Saya berharap kelak jika sudah menjadi guru, mahasiswa mampu mendidik, mengajar, dan menyampaikan sastra. Menurut saya, drama itu sangat efektif untuk membentuk karakter siswa, melatih kepekaan sosial, membentuk budi pekerti yang baik, dan memupuk rasa solidaritas siswa”, pungkasnya.

Endah_Aida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar