Minggu, 06 Maret 2011

Sepenggal Episode...

Oleh : Nur Endah A

Cinta…ya…setiap orang sesuai fitrahnya pasti memiliki rasa cinta…menginginkan untuk bisa mencintai dan dicintai pula. Sering ku dengar definisi tentang cinta..namun bagiku cinta adalah sebuah kekuatan yang mungkin tak terdefinisikan karena cinta telah cukup dijelaskan oleh cinta itu sendiri…
Sebut saja aku Ria (nama samaran). Hatiku tertaut pada salah seorang pemuda, Hasan (samaran) namanya. Telah kupendam rasa itu setahun lamanya. Sebenarnya aku tak ingin mengungkapkan ini semua. Namun, semakin aku mengelak, semakin aku tak bisa membohongi hatiku sendiri. Lalu aku pun memutuskan tuk mengakuinya. Ya...kepada pemuda itu...
“Dek, disetiap kejujuran itu pasti ada hikmahnya, Allah suka orang yang jujur karena itu salah satu sifat para Nabi, jika adek udah jujur maka adek udah terlepas dari beban...”, kata itulah yang aku dengar kala ia tahu isi hatiku yang sesungguhnya. Ya...kata–kata itu begitu menyejukkan hatiku.
Tapi....Betapa terkejutnya aku setelah ia ungkapkan bahwa ia telah memiliki calon istri. Dadaku sesak hingga sulit tuk bernafas, perlahan air mataku pun mengalir. Apa mungkin karena aku terlambat jujur? seharusnya sebelum ia punya orang lain aku terlebih dahulu mengatakan, termasuk saat dia menebak dulu rasaku itu, sesalku dalam hati. Ah, tapi tiada guna ku sesali…mungkin ini memang jalan takdirku. Ya...aku pun mencoba menenangkan hatiku.
Seketika itu ku putuskan tuk kuatkan hatiku, meski aku rapuh, meski deras airmata tak kuasa ku hentikan, aku tetap berkata padanya “ Tidak apa-apa mas,,,semoga berbahagia”, kataku. “Iya, aku mengerti dan aku mengakui itu Dek, trimakasih atas perhatian dan ketulusanmu, semoga engkau pun demikian,,”, jawabnya lemah.
Ya Allah, aku sungguh mencintai-Mu lebih dari apapun. Namun aku hanya manusia biasa, yang juga mencintai hamba-Mu... Slalu ku sebut namanya dalam tiap tahajudku....hatiku tergetar...mataku berurai airmata...tengadahku penuh harap akan ia. Tapi kini ia telah dimiliki orang lain…curhatku pada-Nya.
Ah, mungkin ia memang bukan tercipta untukku, meski bagiku ia adalah sosok pemuda yang cukup baik, tutur katanya lembut, sikapnya mempesona, rajin, shaleh, dan selalu menebar senyum sederhananya itu. Perlahan ku coba melupakannya dan membuka pintu hatiku untuk orang lain walau tautanku terhadapnya seakan tak bisa terputus. Aku harus bisa, aku harus tegar, jangan sampai aku lemah, begitulah semangatku. Biarlah jiwa ragaku tetap bernyanyi menghibur diri hingga kelak kan datang pemuda lain sebagai penggantinya yang lebih baik.
Dan seiring berjalannya waktu, aku pun bertemu pemuda lain yang memang bagiku lebih baik darinya. Sepenuhnya jiwaku pun bisa mencintainya hingga berakhir dalam suatu perjanjian tuk senantiasa bersama. Ya,,,aku telah bertemu ia, pemuda lain, yang tak lain adalah “teman hidupku”.
Pembaca yang budiman, begitulah cara Allah memberikan kejutan pada hamba-Nya. Ketahuilah bahwa ternyata “Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik pula menurut-Nya”. Ibarat kita minta mawar tapi diberi batang yang berduri, namun kelak batang itu akan menumbuhkan mawar yang lebih indah dan harum pada waktunya. Itulah buah dari kesabaran. Seperti halnya hidup, mati, atau rezeki, jodoh adalah salah satu rahasia terbesar-Nya. Maka jangan khawatir, cinta akan indah pada waktunya, serahkan semua kepada-Nya yang tahu mana yang terbaik buat kita. Tetap optimis, berdoa dan berikhtiar menjemput “teman sejati” kita.