Rabu, 26 Januari 2011

Untuk Kawan Hidupku, yang Ku Belum Tahu Siapa…….

Apa kabarmu hari ini?

Rindu demi rindu menyatu dalam relung hatiku

Entah dimana dirimu sekarang, tapi aku yakin Allah selalu mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku….



Kawan hidupku,,,

Apa yang kuharapkan darimu adalah kesalihan

Dan semoga engkau pun demikian,,,

Aku tahu…."Dinikahi seorang wanita karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah agamannya, maka beruntunglah kedua tanganmu".

Itulah sebuah pijakan utama buatmu memilih calon isteri..



Kawan hidupku,,,

Jika harta yang engkau idamkan,.

maka ketahuilah diriku bukanlah orang yang berada.

Tiada harta yang dapat kupersembahkan dalam ijab-kabul kita nanti.

Jika keturunan yang engkau dambakan,

ketahuilah bahwa aku hanyalah manusia biasa dari keluarga yang biasa pula.

Kecantikan??

Ya… aku pun meyakini bahwa engkau juga tidak terlepas seperti manusia yang lainnya.

Ketahuilah wahai Kawan hidupku,,,,

Jika kecantikan yang engkau inginkan dariku,

maka engkau telah salah langkah

karena telah aku hijabkan kecantikan diriku ini

dengan agama yang aku yakini ini.



Kawan hidupku,,,



Kelak….

Bimbinglah aku tuk jadi pendamping yang solehah,

agar aku termasuk salah satu bidadari surgamu.



Tapi maafkan aku…..



Aku ini pencemburu berat….

Namun jika Allah dan Rasul lebih kau cintai daripada aku, aku rela..



Kawan hidupku,,,



Bunga akan indah pada waktunya.

Maka kini tengah kupersiapkan diri menyambut kehadiranmu.

belajar menjadi yang terbaik…

setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak…
Salah Nalar dalam Bahasa Indonesia
Oleh :
Nur Endah A.
Mahasiswa Pendidikan Bahasa&Sastra Indonesia
FKIP UNS
Salah nalar pemakaian kalimat dalam Bahasa Indonesia hingga saat ini masih sering terjadi. Kesalahan ini sering penulis temukan dalam kata pengantar, baik makalah maupun karya ilmiah lainnya seperti Skipsi, Thesis, atau Disertasi. Sebagai contohnya, penulis sering menemukan kalimat (1) Puji syukur penulis panjatkan kehadirant Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, maka skripsi ini dapat terselesaikan. (2) Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan fragmatika.
Kesalahan pada kalimat (1) terletak pada penggunaan konjungsi maka yang menunjukkan sebab-akibat. ktur Sesuai logika, manusia bersyukur karena mendapatkan nikmat, termasuk dapat menyelesaikan skripsi. Namun, struktur kalimat yang ditandai dengan konjungsi maka, berarti yang menjadi sebab adalah puji syukur penulis dan akibatnya adalah terselesainya skripsi. Kalimat (1) seharusnya diperbaiki menjadi Puji syukur penulis panjatkan kehadirant Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan.
Sementara itu, kesalahan pada kalimat (2), jika penulis menyadari masih ada kekurangan, seharusnya penulis berusaha membereskan terlebih dahulu baru disusun menjadi skripsi, jangan menunjukkan kekurangan tersebut. Mungkin kekurangan yang dimaksud penulis skripsi dalam hal ini adalah kekurangan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang tak sempurna. Namun, alangkah baiknya jika kalimat (2) diperbaiki menjadi Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun manusia tidak pernah lepas dari kekurangan. Jika pembaca menemukan kesalahan pada skripsi ini, penulis menerima saran dan kritik secara terbuka.......dan seterusnya.
Kesalahan lain yang sering penulis jumpai yaitu kesalahan nalar pada saat moderator memimpin suatu acara atau seminar. Sering kali kita mendengar kalimat ”Untuk menyingkat waktu, sebaiknya acara segera dimulai”. Waktu tidak dapat diperpanjang atau diperpendek, tetapi harus dimanfaatkan salah satunya dengan menghemat waktu. Dengan demikian, kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki menjadi “Untuk menghemat waktu, sebaiknya acara segera dimulai”.
RESENSI BUKU


Tuhan Senantiasa Beserta Kita

Judul Buku :You Are Not Alone: 30 Renungan tentang Tuhan dan Kebahagiaan
Penulis : Arvan Pradiansyah
Penerbit : Elex Media, 2010
Halaman : 252 hal., soft cover
ISBN : 978-979-27-7918-9
Kategori : Spiritualitas; Inspirasional; Pengembangan Diri
Harga : Rp.52.800,00

Arvan Pradiansyah adalah Managing Director di Institute for Leadership and Life Management (ILM), sebuah lembaga pelatihan dan konsultasi sumber daya manusia, kepemimpinan, dan life management berbasis di Jakarta, pembicara publik, kolumnis, konsultan, dan penulis beberapa buku best seller. Buku-buku yang berhasil ia terbitkan antara lain You Are A Leader (2003), Life is Beautiful (2004), Cherish Every Moment (2007), dan The 7 Laws of Happiness (2008). Buku You Are Not Alone merupakan karyanya yang kelima.
Buku ini merupakan renungan mengenai Tuhan dan kebahagiaan. Tuhan yang dimaksud dalam buku tersebut lebih bersifat sebagai Tuhan universal, tidak mengacu pada Tuhan di ajaran agama tertentu. Tujuannya agar renungan tersebut dapat dinikmati oleh pembaca dengan beragam latar belakang, bahkan (mungkin) yang mengaku ateis sekalipun. Jadi, buku ini berbicara mengenai spiritualitas, bukan religiusitas.
“Masyarakat kita dikenal sebagai masyarakat religius tapi sayangnya bukan masyarakat yang spiritual. Kita rajin pergi ke tempat ibadah tapi begitu ke luar dari sana kita menjadi orang yang berbeda 180 derajat. Kita percaya pada Tuhan tapi tidak beriman kepada Tuhan. Ketika beribadah kita menyembah Tuhan, tapi ketika berbisnis kita memasabodohkan Tuhan. Kita melakukan hal-hal tercela tanpa beban, seolah-olah Tuhan tidak melihat kita, bahkan menganggap Tuhan tidak pernah ada. Tuhan bukanlah sosok yang jauh. Dia sangat dekat dengan diri kita dan senantiasa memperhatikan kita. Dosa, kesalahan, dan perbuatan tercela sesungguhnya disebabkan manusia tidak percaya bahwa Tuhan itu senantiasa melihat dan bersamanya. Pemikiran inilah yang semakin meyakinkan saya betapa pernyataan "You Are Not Alone" sangat powerful.” Demikian yang ditulis Arvan Pradiansyah pada kata pengantar buku terbarunya itu.
Arvan berharap dengan adanya buku ini akan berdampak yang cukup signifikan bagi pengembangan karakter masyarakat, terutama di Indonesia. Tentu sungguh memprihatinkan bila kita membaca fakta betapa mayoritas penduduk di negeri religius ini justru memiliki kebiasaan korupsi yang mengerikan. Bahkan mungkin tidak ada satu pun lembaga penegak hukum yang bersih dari korupsi.
Oleh karena itu, dalam buku ini Arvan berusaha mengaitkan spiritualitas dengan pembentukan manusia agar menjadi lebih berkualitas. Dia menyatakan bahwa manusia diciptakan dengan misi masing-masing dari Tuhan. “Hidup adalah sebuah misi yang harus kita pertanggungjawabkan. Tuhan tidak menciptakan kita sekadar untuk memenuhi dunia. Tuhan pasti menciptakan kita dengan maksud tertentu. Ada misi Tuhan yang dititipkan kepada kita. Namun Dia hanya secara implisit menyatakan yang Dia inginkan dari kita masing-masing. Kitalah yang harus mencarinya dengan cara mengeksplorasi dan mengenali diri masing-masing. Karena itu, hal terpenting dalam hidup ini ialah menemukan apa yang terpenting dan menjalankannya”, begitu yang ia tulis.
Saya begitu banyak mendapatkan pencerahan lewat buku ini. Susunan judulnya mulai dari You Are Not Alone, Antara Engkau dan Dia, Seorang Alim di Surga, Aku Ada di Dekatmu, hingga yang paling akhir Salah Berdoa begitu runtut dan sistematis menurut saya. Setiap pokok bahasan selalu disajikan contoh konkret yang sesuai sehingga menambah kefahaman pembaca. Kata-kata yang digunakan pun sederhana, mudah dipahami semua khalayak, sarat makna, tanpa meninggalkan aspek etika dan estetika.
Layaknya manusia yang tak sempurna, buku ini pun masih memiliki beberapa kekurangan. Sebagian contoh yang digunakan Arvan sepertinya hanya imajinasinya saja meski saya akui banyak juga contoh-contoh yang faktual. Namun saya paham maksud Arvan adalah untuk memudahkan pembacanya lebih mengerti apa yang ingin ia sampaikan.
Ditinjau dari segi penulisan kata-kata, tampaknya juga masih ada beberapa yang tidak sesuai diksi maupun ejaannya. Ilustrasi gambar dalam setiap pokok bahasan juga banyak yang kurang sesuai meskipun ada beberapa ilustrasi yang masih bisa dipahami secara implisit.
Secara umum, buku ini sudah bisa dikatakan bagus dan layak untuk dikonsumsi semua khalayak. Buku ini cukup membuat saya jatuh cinta untuk sering-sering membacanya meskipun sudah berulang-ulang.
Ya, saya mendapatkan pencerahan, hikmah, pelajaran, pengetahuan, dan tentunya semakin sadar akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Dimana, kapan, dan bagaimanapun keadaan kita janganlah lupa bahwa Tuhan selalu beserta kita. Cukup Dia-lah kekasih sejati kita, cukup Dia-lah sebaik-baik pelindung dan penolong kita. Jangan merasa sendiri, karena Tuhan tak akan pernah jauh dari kita, sejengkal pun tak akan. Justru Dia teramat setia menyertai kita dalam setiap pikiran, aktivitas, serta langkah-langkah kita. Oleh karena itu, libatkanlah Dia dalam situasi dan kondisi apapun yang kita alami entah sedih, senang, duka, dan segalanya.
Sekali lagi, buku ini cukup bagus, sungguh merupakan mahakarya yang luar biasa dari Arvan yang berhasil menghipnotis pembaca untuk selalu mengingat pada Yang Esa, bahwa Ia selalu menyertai hamba-Nya.
(Nur Endah A./ Pendidikan Bahasa& Sastra Indonesia/FKIP UNS)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Adakan Pentas Penyutradaraan

“Produk utama yang diharapkan FKIP UNS adalah guru yang berkarakter kuat dan cerdas sesuai visi dan misinya. Melalui penyutradaraan, mahasiswa diharapkan menguasai kompetensi sebagai pendidik sesuai kualifikasi kurikulum yang diterapkan di lapangan”, ujar Budi Waluyo selaku dosen pengampu mata kuliah penyutradaraan.

Mahasiswa semester V Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS mendapatkan mata kuliah Penyutradaraan dengan beban 2 SKS. Tujuan dengan adanya mata kuliah ini antara lain agar mahasiswa menguasai kompetensi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu KTSP. “Fenomena yang ada sekarang banyak guru yang melewatkan pelajaran sastra. Padahal di kurikulum sekarang muatan sastranya lebih dari 50 persen yang terdiri dari prosa, pusi, dan salah satunya adalah drama. Mahasiswa diharapkan menguasai teori dan praktik drama sekaligus sebagai bekal saat menjadi guru agar dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik dan tidak canggung”, ungkap Budi Waluyo disela-sela waktu senggangnya kepada majalah DIDIK.
Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa pentas penyutradaraan diadakan sebagai salah satu tolok ukur mengetahui kemampuan mahasiswa tentang drama. “Kalau hanya sekadar teks saja itu baru separuh perjalanan, berdasarkan definisinya, drama adalah karya sastra yang diproyeksikan di atas pentas kepada penonton. Jadi ya harus di pentaskan dengan beberapa kriteria tentunya...”, jelasnya.

Foto saat mahasiswa memerankan adegan

Pentas penyutradaraan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2011 bertempatkan di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) mulai pukul 08.00-18.00. Masing-masing judul yang dipentaskan yaitu“ Cinta Terlarang” karya Angga R.R dengan sutradara Galang Mahardika, “Bu Juragan!!!” karya M.V. Bayu dengan sutradara Ilham Ratih Anggraeny.S, “Orang Kasar” karya Anton Chekov dengan sutradara Nailu Ruhma, “Kapal Nuh” karya Hanindawan dengan sutradara Winda Ayu Cahya F., dan “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer dengan sutradara Prihanto Ndaru Mulya.
Pementasan dinilai oleh kedua dosen pembimbing yaitu Prof. Dr. H.J.Waluyo dan Budi Waluyo, M.Pd. dengan beberapa kriteria yaitu dilihat dari segi artistik, keaktoran, musik, kostum, penyajian, dan konsep penyutradaraan. Namun, yang paling penting adalah pertunjukan secara utuh. “Pertunjukan secara utuh dalam satu kesatuan yang meliputi ketepatan penyajian seperti musik, artistik, dan sebagainya itu yang paling penting”, tambah Budi. Selain itu, diputuskan pula aktris, aktor, dan pementasan terbaik.

Foto bersama saat satu pementasan usai

Meskipun dalam pelaksanaannya menuai banyak kendala baik secara teknis maupun nonteknis, namun sejauh ini masih bisa diatasi dengan baik seperti yang diungkapkan oleh Budi Waluyo “Kendala ya tentu ada. Tidak semua mahasiswa senang dengan drama apalagi harus belajar acting, latihan sampai malem, pengorbanan biaya, dan sebagainya. Tapi toh selama ini kita tetap bisa pentas dengan baik…”tegasnya.
Melalui penyutradaraan, mahasiswa diharapkan dapat mengajarkan sastra dengan baik jika kelak menjadi guru Bahasa Indonesia di sekolah. “Saya berharap kelak jika sudah menjadi guru, mahasiswa mampu mendidik, mengajar, dan menyampaikan sastra. Menurut saya, drama itu sangat efektif untuk membentuk karakter siswa, melatih kepekaan sosial, membentuk budi pekerti yang baik, dan memupuk rasa solidaritas siswa”, pungkasnya.

Endah_Aida